Ada lagi nih kabar heboh (menurut saya sih…), bahwa sedikitnya sepertiga perusahaan di Amerika Serikat memberikan insentif atau bonus untuk karyawannya yang melakukan usaha penurunan berat badan. Ini merupakan salah satu upaya atau strategi baru yang diterapkan perusahaan untuk memerangi kasus obesitas yang sedang marak disana. Buat Anda yang pengen menurunkan berat badan, mungkin butuh motivasi semacam itu, mau tahu kelanjutannya?
Salah satu perusahaan tersebut adalah OhioHealth, perusahaan yang bergerak di bidang jasa kesehatan. Mereka menerapkan pemberian insentif bagi karyawannya yang menjalani program penurunan berat badan, apalagi kebetulan mayoritas karyawan mereka menderita obesitas atau kegemukan.
Sejak 2009 lalu, manajemen OhioHealth memberikan insentif untuk karyawan yang mau menggunakan pedometer dan berjalan kaki. Makin banyak mereka berjalan, makin besar “bonus” yang didapat, mencapai 500 dollar AS per tahun (sekitar Rp 4,5 juta). Hasilnya, perusahaan harus mengeluarkan dana lebih dari Rp 3 miliar untuk dibayarkan kepada 9.000 karyawannya yang berhasil mengurangi berat badannya. Angka yang cukup fantastis rupanya, ternyata untuk program penurunan bobot tubuh harus dibayar semahal itu.
Yang menjadi permasalahan sekarang adalah, apakah upaya pemberian insentif untuk menurunkan berat badan itu efektif ataukah tidak? Melalui sebuah studi observasi yang dilakukan tim dari Cornell University menyebutkan, ternyata setelah dirata-rata, angka penurunan berat badan para karyawan itu tidak lebih dari satu pound atau kurang dari setengah kilogram. Berarti percuma dong? Ga dong, lumayan lah, daripada tidak sama sekali, ya ga?
Sebenarnya program pemberian insentif untuk langsing ini meniru keberhasilan program serupa untuk mendorong para perokok menghentikan kebiasannya. Dalam program itu, pemberian uang kabarnya memang membuat jumlah perokok berkurang tiga kali lipat.
Namun permasalahannya adalah ternyata orang lebih sulit berhenti makan daripada berhenti merokok. Itu kata Steven Kelder, pakar epidemiologi dari University of Texas School of Public Health. Meski rokok bisa menyebabkan kecanduan, tetapi orang bisa hidup tanpa rokok. Lain halnya dengan makanan. Orang harus makan untuk hidup dan dengan mudah kita mendapatkan minuman manis dan makanan berlemak di sekitar kita. Jadi ya, asal perut terasa kosong, orang tinggal nyomot makanan yang ada di dekatnya.
Tapi jika saja ada program seperti ini di Indonesia, “Program Penurunan Berat Badan selama setahun, Insentif Rp. 10 juta menanti Anda“, tergiurkah Anda melakukannya? Silahkan sharing pendapat saja.
Sumber berita : Kompas.com
Kalau saya berhenti merokok lebih mudah daripada berusaha menahan makan (berdiet) untuk menurunkan berat badan, karena prakteknya kini saya benar-benar sudah meninggalkan rokok, sementara berat tubuh susah turunnya, bahkan cenderung naik. He…..He…..
Jika ada perusahaan di Indonesia yang mau beri insentif, saya juga mau, Dok. Tapi dimana itu? Hi…..Hi……
Nah itu dia pak…hahaha