40 Alasan Mengapa Saya “Terpaksa” Tinggal di Indonesia (Full Critics)

Loading

Mungkin Anda pernah baca artikel atau poin-poin di bawah ini, kurang asli memang buat blog ini, karena memang hasil copy paste dari notes-nya teman saya di Facebook. Tapi bagi saya ini cukup bisa menjadi gambaran bangsa kita, betapa kondisi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum serta pertahanan dan keamanan di negara Indonesia tercinta ini sedemikian adanya. tanpa bermaksud hanya berkonotasi negatif, tapi inilah “curahan hati” rakyat. Tampaknya rakyat kita akhirnya “terpaksa” tinggal di Indonesia, walau sebenarnya mungkin ingin sekali hijrah ke negeri lain yang lebih damai dan menentramkan menurut mereka.

Nah, kita langsung aja ya ke 40 alasan mengapa saya “terpaksa” tinggal di Indonesia. Silahkan dikomentari dan dikritisi. Ini dia:

1. Mudah cari kerja, seperti: hanya dengan modal peluit dan tongkat sudah bisa ngatur lalu lintas, terutama di belokan jalan raya atau jembatan yang sedang diperbaiki; dengan modal beberapa tutup botol minuman bisa jadi penyanyi jalanan.
2. Mudah cari makan, seperti: banyak warung berjejeran di sepanjang jalan, mulai harga pegawai kantoran sampai harga abang tukang becak; penjual makanan keliling, mulai yang sehat sampai yang sama sekali tidak sehat (cari aja, bukan beli).
3. Mudah melanggar aturan jalan raya, seperti:
a) Menerobos lampu merah, terutama jika pagi hari dan tidak ada polisi.
b) Belum hijau, sudah bisa jalan duluan, asal lampu lalin jalur sebelah kanan sudah nyala kuning (ada rentang waktu sekitar satu setengah detik)
c) Parkir di pinggir jalan yang ada rambu larangan parkir, asal sudah ada temennya yang parkir duluan.
d) Gak perlu pakai SIM dan STNK, asal tahu gang tikus dan jalan alternatif.
e) Menerobos operasi Polisi dengan sedikit mengebut dengan berkendara di sisi kanan jalan, apalagi kalo samping kiri ada mobil yang menutupi.
f) Menerobos rambu dilarang terus, asal sedang membuntuti anggota dewan atau pejabat yang buru-buru dan sedang dikawal petugas lengkap.
4. Mudah melanggar aturan yang telah di undangkan, seperti:
a) Menggelar dagangan di tempat yang ada larangan berjualan, bahkan terkadang tiang rambu larangan dipakai untuk penyangga warung, atau sandaran tempat bensin eceran.
b) Merokok di tempat umum yang ada tanda larangan merokok (asalkan berjama’ah).
c) Tidak boleh membawa jerigen untuk membeli bensin, diakali dengan mengisi full tangki motor, lalu pulang, bensin dikeluarkan, terus pergi lagi ke SPBU, diulang beberapa kali, selesai perkara.
5. Mudah bikin SIM, mau pakai tes, setengah tes, atau sama sekali ndak pakai tes?, segala kesulitan bisa diselesaikan secara ‘administratif’, tanpa harus lewat calo!.
6. Mudah cari kenalan, seperti: kontak jodoh di media massa, layanan chatting lewat sms, sampai ajang pertemanan di dunia internet (facebookers!!!).
7. Mudah mendapatkan pengganti BTM (Bahan Tambahan Makanan) yang murah, seperti: Pengawet mahal diganti formalin; Pewarna mahal diganti cat kain, bahkan cat dinding (asal dosis tepat).
8. Banyak orang menjadi ‘berpikir’ jenius, seperti:
a) Menghasilkan daging gelonggongan yang dapat meningkatkan pendapatan.
b) Mendaur ulang (sampah) makanan, daripada bikin numpuk tong sampah.
c) Menjernihkan minyak goreng bekas dengan pemutih pakaian, bahkan
d) Mencampurkan pemutih ke dalam tepung, untuk membuat kacang atom terlihat putih dan bersih.
9. Negara produsen barang-barang terpopuler terbesar di Asia bahkan mungkin sedunia, seperti: Produsen koruptor, produsen narkoba, dan produsen lumpur (salut buat Lapindo!).
10. VCD dan DVD bajakan film-film terbaru (termasuk yang berlabel blue) mudah dijumpai dan didapatkan (satu 6000, 10 gratis 2).
11. Barang elektronik juga mudah didapat dan murah, terutama yang berlabel BM.
12. Sparepart motor (bahkan motornya) yang mahal bisa diperoleh dengan harga murah (asal tahu dan kenal penadah yang ‘tepat dan baik hati’).
13. Barang yang super mahal seperti arloji, tas, sepatu, dan baju merk luar negeri, bisa didapatkan merk ‘lokal’ tembakannya yang nggak jauh beda kualitas dan modelnya tapi sangat beda dalam harga (Swiss Army VS Victorinox Swiss Army).
14. Banyak hotel melati atau motel yang menyewakan ‘selimut’ tambahan.
15. Telenovela atau sinetron di TV mudah ditebak alur ceritanya (kebanyakan plagiat film luar negeri), hanya tambahan identitas khas Indonesia yaitu yang antagonis tersenyum manis yang protagonis menangis teriris-iris.
16. Lembaga Sensor Film Indonesia tidak begitu berpengaruh, karena film ‘spesial transparan’ masih hidup di masyarakat.
17. Pusing dengan larangan pornografi dan pornoaksi??? Ke Bali atau Papua aja yuk.
18. Artis banyak bikin sensasi, menjadi pimpinan daerah, mulai gubernur, bupati, atau walikota. Sebaliknya anggota dewan legislatif malah ramai-ramai bikin panggung sandiwara. Hidup serasa ludruk dan ketoprak, Opera Van Javaa!!!.
19. Tiket pesawat terbang makin murah, apalagi ‘dipastikan’ dapat bonus berupa delay.
20. Kereta api benar-benar merakyat, karena tidak ada bedanya antara kelas ekonomi, bisnis, dan eksekutif.
21. Mau taxi yang eksekutif atau tarif biasa?, cari taxi gelap juga banyak kok.
22. Pusing dengan aturan, fatwa, dan dogma agama? Cari aliran sesat aja, banyak ragamnya kok, tergantung selera kita.
23. Nabinya orang Indonesia banyak, malah ada yang (ngaku) masih hidup.
24. Diskotik dan karaoke di samping rumah ibadah, bi(a)sa saja. Setelah maksiat lantas taubat.
25. Bangsa makhluk halus jadi bintang film di dunia manusia, yang manusia jadi idola di dunia setan (karena lebih kejam, seram, dan gak tahu diri).
26. Hantu, setan, siluman, atau jin beragam jenis, nama, tempat, dan spesialisasinya, seperti genderuwo, kuntilanak, pocong, sundel bolong, jailangkung, tuyul, kolor ijo, babi ngepet, suster ngesot, hantu jeruk purut, hantu kereta, hantu ambulan, hantu jembatan, dan seterusnya, mungkin Indonesia adalah negara terbesar penduduk halusnya.
27. Di Indonesia makanan asli luar negeri sudah beragam yang tersedia, seperti kebab, hamburger, sushi, dan lainnya sudah lengkap. Belum tentu di Arab ada nasi uduk, di Amerika ada nasi pecel, di Jepang ada nasi kucing.
28. Di Indonesia mau belajar bahasa asing mudah dilakukan, ada kursus dan bimbingan bahasa Arab, Inggris, Jepang, Prancis, Mandarin, bahkan bahasa Latin pun ada. Di luar negeri emang ada kursus bahasa Indonesia?? Orang Indonesia aja males belajar bahasa Indonesia!!.
29. Di Indonesia segala sesuatu bisa di bayar dengan KREDIT (angsuran), mulai dari alat masak, alat kantor, motor, mobil, rumah, bahkan pembayaran GAJI pegawai pun bisa diangsur, plus mahar nikah (mas kawin) pun bisa di kredit.
30. Pemerataan pembangunan (benar-benar) terjadi di bidang ekonomi, buktinya, makin banyak orang miskin dan terlilit hutang.
31. Pemerataan pembangunan (benar-benar) terjadi di bidang pendidikan, buktinya, makin banyak anak yang tidak lulus atau putus sekolah.
32. Pemerataan pembangunan (benar-benar) terjadi di bidang politik, buktinya, makin banyak orang yang dapat mendirikan partai peserta pemilu.
33. Pemerataan pembangunan (benar-benar) terjadi di bidang sosial, buktinya, makin banyak orang yang bunuh diri, stress, dan menjadi pasien rumah sakit jiwa.
34. Pemerataan pembangunan (benar-benar) terjadi di bidang hukum, buktinya, makin banyak penjahat kelas paus (kakeknya kakap) bebas dengan mudah dari tuntutan.
35. Pemerataan pembangunan (benar-benar) terjadi di bidang hankam, buktinya, makin banyak pulau Indonesia yang mudah dicaplok negara tetangga.
36. Pemerataan pembangunan (benar-benar) terjadi di bidang agama, buktinya, makin banyak orang yang mudah mendirikan agama baru.
37. Masih bisa ngupil, kentut, bersin, kencing dan buang sampah disembarang tempat.
38. Masih bisa berenang bebas gratis selama berhari-hari, terutama di bulan Februari (klimaks dari musim hujan).
39. Masih bisa merasakan macet, lampu mati, toilet mampet, antri makan dll.
40. Masih bisa ngobrol dengan keluarga, teman dan sahabat dengan biaya murah (yang terakhir ini adalah yang sejujur2nya dan sebenar2nya).

Ada yang mau menambahkan lagi?

5 thoughts on “40 Alasan Mengapa Saya “Terpaksa” Tinggal di Indonesia (Full Critics)

  1. Wah, judulnya sangat provokatif, Pak Dokter. Tapi setelah membaca artikelnya, itulah kenyataannya. Saya tak mungkin bisa menutup-nutupi dan memungkirinya. Sekali lagi, Itulah kenyataannya. He….He…. Maaf, saya tak tega untuk nambahin lagi. Soalnya 40 itu sudah terlalu banyak, Dok.

    Poin no 9. Mbok jangan nyindir saya, to sebagai penghasil Lumpur! Rumah saya disitu, lho, meski kini sudah hilang dari permukaan bumi gara-gara Lapindo! Hi….Hi…..

    pada Jum’at, 11 Juni 2010 07:12:35

    Waduh, kalo ada poin yang menyinggung…berarti memang bapak orang Indonesia, hahahaha…

    ::> Postingan terakhir Joko … Inilah Top 10 Artikel DIPTARA blogMy Profile

  2. 41. Gampang ganti topik buat mengaburkan dan mengalihkan perhatian rakyat. Misal : topik korupsi selesai timbul video hot artis.

    pada Jum’at, 11 Juni 2010 07:13:05

    Wah, setuju pak… 😀

  3. mudah mencari wanita penghibur juga pak
    ihik x 99

    pada Sabtu, 12 Juni 2010 20:30:25

    Masa sih pak? emang di negara lain lebih sulit ya? 😀

  4. 41. budaya malu amat dijunjung tinggi di indonesia, bs kencing dimana aja asal ada pohon, buang sampah di mn aj asal ga da yg liat, korupsi berjamaah, ngerjain ulangan dg cara musyawah untuk mufakat, bikin barang2 palsu yg merugikan sodara sendiri, tawuran mahasiswa n pelajar sbg kegiatan extrakurikuler…dsb hah…jd jengkel sendri ane bang nasir…

    pada Kamis, 24 Juni 2010 23:35:42

    Hahaha…bisa aja nih pak Edi, tekanan batin rupanya liat kelakuan bangsa ini ya?! Semoga cepet insyaf aja deh…hehehe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to TOP