Dua dari Lima Orang Indonesia Berisiko Osteoporosis

Loading

Bayangkan selama ini Anda tidak merasakan gangguan kesehatan atau sesuatu yang aneh pada tubuh. Mendadak suatu hari Anda terjatuh dan setelah diperiksa ternyata Anda mengalami patah tulang. hal itu terjadi karena Anda menderita osteoporosis. Maukah kejadian ini terjadi pada Anda ? bagaimana mengatasinya ? Episode kali ini dan beberapa artikel selanjutnya saya ingin membahas mengenai Osteoporosis, berkaitan dengan peringatan Hari Osteoporosis Sedunia yang jatuh pada tanggal 20 Oktober kemarin. Ada apa dengan Osteoporosis ?

Dalam peringatan Hari Osteoporosis Nasional beberapa waktu silam, Menteri Kesehatan Dr. Siti Fadilah Supari menyatakan bahwa jumlah warga usia lanjut di dunia maupun nasional makin meningkat. Tahun 2000, jumlah usia lanjut di Indonesia mencapai 7,6% atau 16 juta jiwa. Tahun 2007 jumlah meningkat menjadi 8,4% atau 18,4 juta jiwa, kemudian meningkat lagi di tahun 2008 menjadi 9,3% atau 21,1 juta jiwa. Sayangnya, peningkatan jumlah usia lanjut tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan, termasuk bagaimana mencegah osteoporosis.

Terbukti dengan masih rendahnya konsumsi kalsium yang merupakan salah satu komponen penting pembentuk tulang. Hingga saat ini asupan kalsium orang Indonesia masih sangat kurang dibandingkan jumlah yang dianjurkan. Saat ini, asupan kalsium orang Indonesia berkisar antara 270-300 mg per hari untuk orang dewasa dan antara 318-380 mg per hari untuk wanita hamil. Padahal, asupan kalsium yang dianjurkan menurut Standar Internasional adalah 1000-1200 mg per hari untuk orang dewasa.

PENYEBAB OSTEOPOROSIS

Menurut data Puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2006, angka prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) adalah 41,7% dan prevalensi osteoporosis sebesar 10,3% yang berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia berisiko terkena osteoporosis. Data lain dari hasil penelitian Persatuan Osteoporosis Indonesia (Perosi) tahun 2006, menemukan dari 38% pasien yang datang untuk memeriksa kepadatan (density) tulang, di FKUI jakarta, terdeteksi 14,7% diantaranya menderita osteoporosis, sementara di Surabaya sebanyak 26% positif osteoporosis. Angka dari Perosi ini bisa diuraikan berdasarkan jenis kelamin, pada perempuan sebesar 32,3% sedangkan pada laki-laki sebesar 28,8%.

Osteoporosis adalah penyakit dimana tulang menjadi rapuh, keropos dan mudah patah. Hal tersebut akibat dari berkurangnya kerapatan tulang karena bertambahnya usia dan umumnya terjadi pada tulang pinggul, tulang belakang dan pergelangan tangan. Osteoporosis ini terjadi dalam waktu yang lama, didahului oleh kejadian osteopenia, yaitu kondisi di mana massa tulang mulai menurun. hal itu pada perempuan sebanyak 90% sedangkan pada laki-laki 41,8%. gambaran tersebut menunjukkan bahwa tingkat risiko osteoporosis di Indonesia cukup tinggi dan selayaknya menjadi perhatian bersama.

Osteoporosis sering disebut sebagai silent disease artinya penderita biasanya tidak merasakan nyeri apa pun sampai tidak mampu bangun atau kelakukan aktivitas sehari-hari, hingga akhirnya dikejutkan dengan cedera tulang patah meski hanya karena trauma ringan atau bahkan tanpa trauma.

Berdasarkan faktor risikonya, osteoporosis dibagi menjadi 2 yaitu; primer dan sekunder. Osteoporosis primer dikaitkan dengan kekurangan hormon (khususnya wanita) dan bertambahnya usia. Resiko osteoporosis pada wanita lebih besar dibandingkan pada pria, karena kadar hormon estrogen pada wanita mulai menurun pada usia 30-an, sedangkan pada pria hormon testosteron menurun pada usia 65 tahun.

Puncak pembentukan massa tulang terjadi pada usia 30 tahun. Namun bila asupan tidak mencukupi, bisa jadi pada usia 30 tahun sudah mulai muncul gejala awal osteoporosis. Dan ketika usia 40 tahun tubuh mulai tampak bungkuk, kemudian tulang mudah patah pada usia 50 tahun.

Sedangkan osteoporosis sekunder umumnya berkaitan dengan gaya hidup dan makanan yang dikonsumsi. Osteoporosis diketahui berhubungan dengan kurangnya konsumsi kalsium dan vitamin D, konsumsi kafein dan sodium yang berlebihan, serta kelebihan berat badan dan minimnya aktivitas fisik. Selain itu, konsumsi alkohol, merokok, serta obat-obatan tertentu juga dapat menjadi faktor resiko osteoporosis.

Meski tidak langsung disebabkan oleh osteoporosis, angka kematian penderita meningkat sehubungan dengan komplikasi akibat patah tulang. Gangguan pada tulang menurunkan kemampuan gerak penderita dan meningkatkan risiko mengalami komplikasi. Yang jelas, penderita mengalami penurunan kualitas hidup.

DETEKSIÂ DAN PENCEGAHAN

Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan ? Selain menghindari faktor risiko, upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan deteksi dini. Deteksi dini dapat dilakukan dengan memeriksakan tulang dengan ultra sound bone densitometry secara ritun sekurang-kurangnya setahun sekali. Deteksi tersebut dapat dilakukan di rumah sakit. Dewasa ini, masyarakat juga kian dimudahkan melalui kegiatan pemeriksaan tulang yang diadakan Persatuan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi) bersama mitra kerjanya.

Menurut Alwiesma Rachman, Ketua Umum Perwatusi, tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini dewasa ini sudah meningkat. “Hal ini disebabkan adanya edukasi yang berkesinambunagn dari kami dan instansi terkait seperti Departemen Kesehatan dan mitra yang peduli terhadap pencegahan osteoporosis,” ujar Alwiesma. Hanya saja, ia menambahkan, yang masih menjadi hambatan ialah kurangnya fasilitas-fasilitas yang mendukung hal tersebut.

Beberapa hal yang masih perlu dibenahi berkaitan dengan edukasi masyarakat untuk melakukan deteksi dini adalah edukasi terus-menerus. Bahkan, sebaiknya edukasi dilakukan sejak anak-anak sehingga pencegahan osteoporosis dapat dimulai sedini mungkin. Selain itu, dibutuhkan penambahan fasilitas kesehatan serta peningkatan kemampuan tenaga kesehatan. Dan yang paling penting lagi, adanya bahan alami dan aman yang dapat dikonsumsi sebagai asupan tambahan terhadap tulang, yaitu zat kalsium, dimana zat dasar alami ini semakin sulit didapat kecuali dengan tangan-tangan ahli yang sangat memahami pentingnya kalsium alami yang hanya dapat diambil dengan cara bioteknologi modern yang dipatenkan dan bersertifikasi internasional. Bila bahan dasar ini sulit didapatkan, maka yang muncul adalah kalsium-kalsium berbahan sintetik yang justru membahayakan komposisi kalsium dasar dalam tubuh.

Bersambung…

One thought on “Dua dari Lima Orang Indonesia Berisiko Osteoporosis

  1. Jika anda- anada yang mempunyai kegiatan2 berupa kampanye atau kegiatan yang sifatnya membutuhkan tenaga buat kepanitiaan diskusi /seminar atau olahraga atau kegiatan lain yang menunjang berbagai kegiatan tidak hanya osteoporosis boleh hub saya lewat email atau hp di 0815-8017-573

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to TOP