Tiga Aspek Kesehatan Dalam Antisipasi Dampak Banjir

Loading

Banjir yang terjadi akibat tingginya curah hujan di beberapa wilayah di Indonesia memberikan dampak-dampak yang berhubungan dengan kesehatan. Ada beberapa langkah kesehatan yang bisa dilakukan agar kita terhindar dari penyakit atau dampak kesehatan yang ditimbulkan akibat banjir, seperti yang disampaikan oleh Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama) dalam berbagai media.
Penyakit yang harus diwaspadai dan langkah antisipasinya
a. Penyakit Diare. Penyakit Diare sangat erat kaitanya dengan kebersihan individu (personal hygiene). Pada musim hujan dengan curah hujan yang tinggi maka potensi banjir meningkat. Pada saat banjir, maka sumber-sumber air minum masyarakat, khususnya sumber air minum dari sumur dangkal akan banyak ikut tercemar. Di samping itu pada saat banjir biasanya akan terjadi pengungsian dimana fasilitas dan sarana serba terbatas termasuk ketersediaan air bersih. Itu semua menjadi potensial menimbulkan penyakit diare disertai penularan yang cepat.
Langkah antisipasi diingatkan kepada  masyarakat untuk tetap waspada dan untuk menghindari terserang penyakit diare disarankan hal-hal berikut:

  • Membiasakan cuci tangan dengan sabun setiap akan makan/minum serta sehabis buang hajat.
  • Membiasakan merebus air minum hingga mendidih setiap hari
  • Menjaga kebersihan lingkungan, hindari tumpukan  sampah disekitar tempat tinggal
  • Hubungi segera petugas kesehatan terdekat bila ada gejala-gejala diare

b. Penyakit Demam Berdarah. Pada saat musim hujan, biasanya akan terjadi peningkatan tempat perindukan nyamuk aedes aegypti yaitu nyamuk penular penyakit demam berdarah. Hal ini dikarenakan pada saat musim hujan banyak sampah misalnya kaleng bekas, ban bekas serta tempat-tempat tertentu terisi air dan terjadi genangan untuk beberapa waktu. Genangan air  itulah akhirnya menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk tersebut. Dengan meningkatnya populasi nyamuk sebagai penular penyakit, maka risiko terjadinya penularan juga semakin meningkat. Untuk itu diharapkan masyarakat ikut berpartisipasi secara aktif melalui gerakan 3 M  yaitu mengubur kaleng-kaleng bekas, menguras tempat penampungan air secara teratur dan menutup tempat penyimpanan air dengan rapat. Selain itu agar masyarakat segera membawa keluarganya ke sarana kesehatan bila ada yang sakit dengan gejala  panas tinggi yang tidak jelas sebabnya yang disertai adanya tanda-tanda perdarahan.

c. Penyakit Leptospirosis. Penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri yang disebut leptospira. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit zoonosis, karena ditularkan melalui hewan/binatang. Di Indonesia hewan penular terutama adalah tikus melalui kotoran dan air kencingnya. Pada musim hujan terutama saat terjadi banjir, maka tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri. Tikus tersebut akan berkeliaran disekitar manusia dimana kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir tersebut. Seseorang yang ada luka, kemudian bermain/terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran/kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, maka orang tersebut potensi dapat terinfeksi dan akan jatuh menjadi sakit. Oleh karena itu untuk menghindari timbulnya penyakit leptospirosis masyarakat agar melakukan langkah-langkah antisipasi yaitu:

  • Menekan dan hindari adanya tikus yang berkeliaran disekitar kita, dengan selalu menjaga kebersihan
  • Hindari bermain air saat terjadi banjir, terutama bila ada luka.
  • Gunakan pelindung misalnya sepatu boot, bila terpaksa harus kedaerah banjir
  • Segera berobat ke sarana kesehatan bila sakit berkepanjangan

d. ISPA – Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Penyebab ISPA dapat berupa bakteri, virus dan berbagai mikroba lainnya. Gejala utama dapat berupa batuk dan demam, kalau berat dapat / mungkin disertai sesak napas, nyeri dada dan lain-lain. Penanganannya meliputi :

  • istirahat
  • pengobatan simtomatis sesuai geja
  • mungkin diperlukan pengabatan kausal untuk mengatasi penyebab
  • meningkatkan daya tahan tubuh
  • mencegah penularan pada orang sekitar, a.l dengan menutup mulut ketika batuk, tidak meludah sembarangan dan lain-lain.
  • faktor berkumpulnya banyak orang -misalnya di tempat pengungsian korban banjir- juga berperan dalam penularan ISPA

e. Penyakit kulit, yang dapat berupa infeksi, alergi atau bentuk lain. Kalau musim banjir maka masalah utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik. Seperti juga pada ISPA, maka aktor berkumpulnya banyak orang -misalnya di tempat pengungsian korban banjir- juga berperan dalam penularan infeksi kulit.

f. Penyakit saluran cerna lain, misalnya demam tifoid. Dalam hal ini juga faktor kebersihan makanan memegang peranan penting.

g. Perburukan penyakit kronik yang mungkin memang sudah diderita. Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan berkepanjangan, dan apalagi bila banjir ber-hari2.

Tetap Sehat
Seluruh lapisan masyarakat senantiasa menjaga Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), antara lain :

  • makan/minum yang baik dan bersih (selalu makanan yang sudah dimasak),
  • jangan jajan sembarangan
  • istirahat yang cukup,
  • tetap upayakan kebersihan diri dan lingkungan,
  • jangan buang sampah sembarangan,
  • senantiasa melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). 5 titik kritis CTPS : sebelum makan, sebelum mengolah makanan, setelah buang air besar, setelah menceboki anak, dan setelah memegang lingkungan yang kotor dan hewan.

Selain itu, bila ditempat pengungsian maka:

  • jaga kebersihan lokasi pengungsian, baik dari sisi pengolahan sampah, pengolahan limbah cair dan BAB serta BAK ditempat yang sudah disediakan
  • anak2, balita dan orang tua perlu mendapat prioritas tempat yang lebih baik dan sehat
  • sebaiknya makanan segar agar segera dikonsumsi
  • Selain itu, kalau ada keluhan kesehatan berkepanjangan maka hubungi petugas kesehatan yang ada.
  • Bila banjir telah surut dan akan membersihkan sisa lumpur / air kotor di rumah, gunakan sepatu boot dan pelindung tangan, agar kulit tangan dan kaki sesedikit mungkin kontak dengan kotoran / lumpur sisa banjir

Penyediaan Air Bersih
Pada kondisi banjir, biasanya ketersediaan air bersih menjadi langka. Jika hal ini tidak diantisipasi, maka potensi timbulnya penyakit yang berhubungan dengan banjir di atas menjadi sangat tinggi.

Kebutuhan air bersih:

  1. Pada hari pertama/awal kejadian bencana atau pengungsian adalah : 5 liter/orang/hari untuk kebutuhan hidup minimal seperti masak, makan dan minum.
  2. Pada hari kedua dan seterusnya meningkat jadi 20 liter/orang/hari untuk kebutuhan minum, masak, mandi, cuci.
Langkah-langkah untuk peroleh air bersih:
1. Penjernihan air:

  • Alumininium sulfat (tawas) : 20 liter air ditambahkan setengah sendok the tawas, aduk 5 menit, diamkan 10-20 menit sampai kotoran lumpur mengendap.
  • PAC (Poly Aluminium Chlorine): 20 liter air 1 sachet PAC, aduk dan diamkan 10-20 menit.
  • Penjernih air K-116, 1 sendok makan untuk 1 drum (200 liter) air baku. Jika air sangat baku beri 2-3 sendok makan.

2. Desinfeksi
Untuk menetralisasi kuman pathogen, dapat menggunakan:

  • Kaporit (CaOCl2): 20 liter air diperlukan 14.4 mg kaporit (1 sendok teh peres=3 gram)
  • Tablet desinfektan : 1 tablet aquatab (8,5 mg) untuk 20 liter air bersih.
  • Yodium ( Tincture of iodine) : untuk 1 liter air ditambahkan 2 tetes toincture iodine 7%. Aduk merata dan biarkan 30 menit sebelum digunakan sebagai air minum.

5 thoughts on “Tiga Aspek Kesehatan Dalam Antisipasi Dampak Banjir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to TOP