Hasil Seminar : Imunisasi Melindungi Anak Indonesia dari Wabah Penyakit, Kecacatan, dan Kematian

Loading

Seminar ImunisasiImunisasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan sebagai bentuk pencegahan penyakit. Semua anak berhak mendapatkan pelayanan ini, tanpa diskriminasi dan membeda-bedakan. Karena jika tidak diimunisasi, banyak efek buruk yang bisa terjadi.

Dalam acara seminar Imunisasi Nasional yang bertajuk “Imunisasi Melindungi Anak Indonesia dari Wabah Penyakit, Kecacatan, dan Kematian“, Menteri Kesehatan RI, dr Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, menyampaikan bahwa imunisasi terbukti sangat efektif untuk menurunkan angka kematian anak, angka kecacatan, dan penyakit lain. Seminar tersebut diselenggarakan di Gedung Prof. dr. Sujudi, Kementerian Kesehatan, Jl Rasuna Said, Jakarta, Sabtu (27/4/2013), dalam rangka puncak acara Pekan Imunisasi Dunia 2013. Acara ini bertujuan mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk memahami pentingnya imunisasi agar tidak ragu lagi untuk melakukan imunisasi.

Sebagai keynote speaker, Menkes juga menyampaikan bahwa angka kematian bayi pada tahun 1997 adalah 46 per 1000 kelahiran, sedangkan pada tahun 2012 setelah diadakan program imunisasi, angka kematian bayi menurun hingga 32 per 1000 kelahiran. Hal ini menjadi bukti bahwa pemberian imunisasi pada anak sangat efektif, sehingga diharapkan masyarakat berbagai generasi mau memberi perhatian lebih banyak agar program imunisasi tidak berhenti.

Narasumber dalam seminar ini adalah Arist Merdeka Sirait (Ketua Komnas Perlindungan Anak), Prof. Dr Huzaimah Tahido Yanggo, MA (Wakil Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat), dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si (Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI)), dan dr. Erwanto W. Budi, Sp.PD(KAI) (Klinik Imunisasi Dewasa/Satgas Imunisasi Dewasa Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)). Bahan presentasi para narasumber dapat Anda download dan pelajari selengkapnya melalui link berikut ini : Materi Seminar

Berikut ringkasan materi yang disampaikan para narasumber :

  • Arist Merdeka Sirait (Ketua Komnas Perlindungan Anak)

Pada kesempatan ini, Arist yang menyampaikan materi berjudul “Imunisasi Merupakan Hak Anak“, mengawali ulasannya dengan mengajak peserta seminar untuk menyanyikan lagu lawas anak-anak sebagai berikut :

Aku anak sehat, tubuhku kuat
Karena ibuku rajin dan cermat,
Ketika aku bayi, s’lalu diberi ASI
Makanan bergiji dan Imunisasi.
Berat badanku ditimbang S’lalu,
Posyandu menunggu setiap waktu
Bila Aku diare, Ibu s’lalu waspada
Pertolongan, Oralit  s’lalu siap sedia.

Sebagaimana pendidikan juga merupakan hak dasar anak, maka hak dasar Bagi anak atas KESEHATAN tersebut diantaranya : mendapatkan hak anak atas Makanan Bergizi, ASI, pemeriksaan kesehatan secara berkala, dan IMUNISASI. Tanpa dipenuhinya hak anak atas kesehatan, anak tidak akan bisa menjalankan pendidikannya dengan baik. Imunisasi itu sangat penting untuk semua anak, tidak terkecuali anak jalanan dan anak-anak di daerah terpencil, itu hak mereka. Pentingnya kerjasama antara dinas terkait dan Kementerian Kesehatan dianggap perlu agar seluruh anak Indonesia bisa mendapatkan hak dasar mereka.

Untuk melindungi anak dari berbagai penyakit, seperti : Hepatitis B dan kerusakan hati, Polio yang dapat mengakibatkan  lumpuh layuh pada tungkai dan atau  lengan, penyumbatan jalan nafas (difteri) dan penyakit Campak yang dapat mengakibatkan komplikasi radang paru, dan radang otak serta kebutaan, maka pemberian Imunisasi DASAR adalah mutlak menjadi hak anak.

  • Prof. Dr. Huzaimah Tahido Yanggo, MA (Wakil Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat)

Dalam materinya yang berjudul “Imunisasi dalam Pandangan Islam“, Prof Huzaimah menegaskan bahwa Islam sudah sangat memperhatikan nilai-nilai kesehatan. Upaya-upaya pencegahan terhadap penyakit dan perintah untuk berobat sudah sangat jelas digariskan dalam Al-Quran dan Hadist.

Asas lebih baik mencegah daripada mengobati juga dianut dalam ajaran Islam. Jika pencegahan tersebut bertujuan untuk memelihara jiwa dari akibat yang lebih buruk di masa yang akan datang, maka tindakan tersebut menjadi wajib. Dalam hubungannya dengan imunisasi, fungsi imunisasi adalah mencegah dampak buruk bagi seseorang untuk terkena penyakit atau tertular penyakit, maka pemberian imunisasi menjadi wajib hukumnya.

Imunisasi pertama yang wajib diberikan kepada anak adalah Air Susu Ibu segera setelah lahir, karena ASI mengandung zat-zat yang sangat dibutuhkan bayi untuk meningkatkan kekebalan tubuhnya.

Disampaikan pula penggunaan Vaksin Polio Khusus (IPV) dan Vaksin Polio Oral (OPV), atau vaksin lainnya yang berasal dari campuran enzim babi dibolehkan karena darurat, selama belum ditemukan bahan pembuatan vaksin yang halal, demi mencegah bahaya yang besar ditimbulkannya, seperti kelumpuhan dan lainnya.

Meskipun yang menyembuhkan penyakit  itu adalah Allah, tetapi kesembuhan dari Allah itu harus melalui usaha, yaitu dapat diperoleh melalui pengobatan, dalam hal ini melakukan imunisasi terhadap bayi, sebagaimana dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw dalam hadis-hadisnya agar manusia berobat dari penyakitnya untuk memperoleh kesembuhan.

  • dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si (Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI))

Presentasi yang disampaikan dr. Soedjatmiko bertajuk “Pentingnya Imunisasi untuk Mencegah Wabah, Sakit Berat, Cacat dan Kematian” ini menurut saya benar-benar menggelitik dan sangat menarik. Penyampaiannya yang interaktif membuat para peserta seminar serius mendengarkan, apalagi disampaikan dengan cara mengupas pertanyaan-pertanyaan umum yang sering dilontarkan masyarakat, berdasar isu-isu yang berkembang seputar imunisasi dan vaksin.

Secara singkat disampaikan bahwa imunisasi merangsang kekebalan tubuh spesifik, jadi tidak benar orang bilang bahwa vaksin bersifat melemahkan. Arti kekebalan spesifik adalah tubuh jadi mampu mengenali dan melawan kuman, virus atau racunnya. Pemberian imunisasi adalah upaya pencegahan dan pembentukan kekebalan yang lebih praktis, lebih cepat  (dalam 2 – 4 minggu), terukur, terstandarisasi, lebih efektif, lebih spesifik, melindungi hingga 85 – 95 %. Walaupun masih ada celah untuk bisa tertular, tetapi akan jauh lebih ringan, tidak berbahaya, tidak menyebarkan ke sekitarnya, dibandingkan seseorang yang tidak diimunisasi sama sekali.

Hingga sekarang ada 194 negara gencar melakukan imunisasi secara rutin. Baik negara kaya atau miskin, negara dengan gizi baik atau kurang, negara dengan lingkungan bersih atau kotor,  negara muslim atau non muslim, semua gencar melakukan imunisasi rutin. 120 negara diantaranya menerima vaksin dari PT. Biofarma, Bandung, Indonesia, dan 36 diantaranya adalah negara Islam. Hal ini terjadi karena vaksin yang dikeluarkan PT. Biofarma sudah dinyatakan berkualitas menurut WHO (UNICEF) dan pastinya sudah melalui uji klinis sesuai standar internasional.

Sudah banyak ahli imunologi dan badan penelitian resmi seluruh dunia yang menyatakan bahwa vaksin aman dan bermanfaat. Tidak benar isu bahwa vaksin berbahaya, mengandung racun, nanah, berasal dari janin yang digugurkan, dan lain-lain. Kebanyakan isu itu bersumber bukan dari ahli vaksin, berasal dari data 50-70 tahun lalu, jelas sudah tidak sesuai dengan kondisi vaksin sekarang.

Seringkali orang tua tidak menganggap imunisasi merupakan sesuatu yang penting, bahkan beberapa mengatakan tidak perlu diberi vaksin karena dengan ASI saja sudah cukup. Benarkah demikian?

“Sama sekali tidak benar. ASI memang memberikan kekebalan dan daya tahan tubuh, namun tidak spesifik dan tidak untuk jangka waktu yang lama,” ujar dr Soedjatmiko.

Dr Soedjatmiko, yang juga merupakan anggota Indonesia Technical Advisory Group for Immunization (ITAGI) menambahkan, dengan memberikan vaksin secara rutin dan lengkap, daya tahan tubuh anak akan semakin baik.

  • dr. Erwanto W. Budi, Sp.PD (KAI) (Klinik Imunisasi Dewasa/Satgas Imunisasi Dewasa Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI))

Dalam presentasi yang berjudul “Pentingnya Imunisasi Dewasa“, dr. Erwanto menyampaikan bahwa perubahan tingkah laku dan gaya hidup masyarakat di zaman sekarang meningkatkan paparan terhadap penyakit. Misalnya kebiasaan merokok meningkatkan risiko terkena infeksi paru (pneumokokus), konsumsi obat yang sporadis membuat risiko terkena hepatitis atau gangguan hati, kebiasaan gonta-ganti pasangan meningkatkan risiko penyakit hepatitis, kanker leher rahim, dan sebagainya. Selain itu, risiko terkena penyakit influenza, meningokokus, demam tifoid, hepatitis A dan B, membuat penggunaan vaksin untuk dewasa sangat diperlukan untuk mengurangi risiko tertular atau menularkan penyakit-penyakit tersebut.

Beberapa vaksin untuk dewasa antara lain : Influenza, Pneumococcal, Tetanus/Diphtheria, Human Papillomavirus, Hepatitis B   (untuk kelompok risiko tinggi), Hepatitis A (untuk bepergian ke daerah endemis), Meningococcal (kelompok risiko tinggi), Typhoid (bepergian ke daerah endemis), MMR (catch-up), Varicella (catch-up).

Disimpulkan bahwa orang dewasa juga perlu perlindungan dari penyakit yang dapat dicegah oleh imunisasi. Imunisasi dewasa berkontribusi dalam mengurangi dampak dari sebagian besar penyakit infeksi. Disampaikan pula kebijakan dan jadwal imunisasi untuk dewasa.

Materi selengkapnya dapat Anda download dan pelajari melalui link : Materi Seminar. Terdapat 4 file presentasi, silakan didownload satu persatu dan disebarkan ilmunya. Semoga bermanfaat.

One thought on “Hasil Seminar : Imunisasi Melindungi Anak Indonesia dari Wabah Penyakit, Kecacatan, dan Kematian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to TOP