Hidup di zaman modern ditandai oleh sesuatu yang serba cepat dan instan. Segala sesuatu yang diperoleh lebih cepat akan memberi keuntungan yang lebih, “modern” identik dengan serba cepat atau instan, sampai ke makanan pun ada istilah makanan instan, mie instan, kopi instan, sosis instan, makanan kaleng, dan sebagainya. Sampai ada juga yang dikategorikan junk food, karena saking instannya dikatakan tidak baik untuk pencernaan. Kali ini saya tidak akan cerita soal makanan, tetapi saya ingin cerita soal salah satu fenomena kehidupan di masyarakat kita, yaitu Seksio Sesaria.
Siapa yang tidak tahu tentang seksio sesaria? Seksio sesaria atau Cesarian Section atau Bedah Sesar adalah salah satu pembedahan perut dengan tujuan untuk melahirkan bayi atau janin. Indikasinya bisa bermacam-macam, bisa karena alasan medis (berdasarkan hasil pemeriksaan), seperti janin sungsang, bayi kembar, bayi besar atau Giant Baby, lilitan tali pusat, plasenta previa atau plasenta letak rendah, partus macet, partus tak maju, dan sebagainya. Dulu, alasan medis ini bisa menjadi indikasi kuat untuk segera dilakukan seksio sesaria, jika ingin bayi yang ada di kandungan beserta ibunya selamat. Sekaligus upaya ini dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan dan angka kematian bayi.
Namun seperti yang saya katakan di awal, seiring perkembangan zaman yang serba modern, indikasi medis untuk dilakukan seksio sesaria ini tidak lagi menjadi indikasi kuat dan cito (segera) untuk melahirkan bayi. Sekarang berbagai alasan yang berasal dari pihak pasien dan keluarganya pun bisa menjadi pilihan, artinya pihak pasien bisa meminta kepada dokternya agar dilakukan seksio sesaria saja untuk melahirkan bayinya. Ini bolehlah jika saya katakan, Seksio Sesaria on Request.
Beberapa alasan yang mengemuka di antaranya:
- Alasan Ekonomi; seorang yang memiliki uang lebih, rasanya lebih prestise atau lebih keren kalau persalinannya dibantu oleh seorang dokter spesialis kebidanan dibanding oleh bidan itu sendiri. Lebih keren lagi jika uang yang dikeluarkan lebih besar, toh demi anak, apapun rela dikorbankan. Wow…benar begitu?
- Alasan Kosmetik; biasanya orang lebih cenderung mendengar rumor seperti ini: bila melahirkan dengan cara normal, payudara akan tampak lebih turun, kulit perut lebih keriput, dan sebagainya. Sehingga orang lebih memilih seksio sesaria agar tidak repot-repot seperti itu. Anda setuju dengan ini?
- Alasan Sosial-Budaya; kalo ini rasanya melibatkan status dan harga diri seseorang di mata orang lain. Bisa jadi, seorang yang memiliki status di masyarakat lebih tinggi lebih memilih seksio sesaria sebagai upaya persalinannya. Misalnya, masa anaknya bupati melahirkan di bidan, ga level dong. Masa anaknya dokter melahirkan di bidan? Mending ke sejawat, biarpun di seksio, harga bisa “cincay”…wah!!!
Kalo bagi saya sendiri, sebetulnya langkah seksio sesaria bukanlah pilihan mudah, bahkan penuh resiko. Seorang wanita pasca seksio sesaria memerlukan perawatan yang jauh lebih lama dibandingkan wanita yang melahirkan normal. Bekas jahitan di perut akan lebih terasa sakit terutama pada saat berhubungan beberapa bulan setelah melahirkan dengan seksio, sehingga dokter banyak menyarankan untuk memberi jeda cukup lama untuk melakukan hubungan kembali, jika tidak ingin menyakiti perasaan istri (kasian amat ya suaminya…Gimana kalo punya sifat sex addicted?). Selain itu, biasanya wanita pasca seksio tidak disarankan untuk melahirkan normal pada kehamilan berikutnya, karena dikhawatirkan rahim akan ruptur atau jebol pada saat kontraksi dan mengedan, artinya pasti akan diminta untuk seksio sesaria lagi dan membatasi jumlah kehamilan. Dan saya kira banyak lagi resiko yang bisa ditimbulkan dari tindakan seksio sesaria.
Mudah dan cepat memang, tapi apakah layak jika Seksio Sesaria bisa on request? Bagaimana pendapat Anda? Jika Anda setuju seksio bisa di request, bagaimana alasan Anda?
Hehehe… saya malah belum pernah dengar alasan melahirkan dengan cesar demi “prestise” 🙂 Masih ada ya jaman sekarang yang begitu? Bukannya sekarang prestise bisa dari mana aja; mulai iPhone sampai sepeda 25jt-an? Dan kalau untuk urusan melahirkan, justru prestise sekarang didapat dari metode2 yang tidak biasa, seperti Waterbirth yang lagi nge-trend itu 🙂
Kayaknya kalau cesar sebagai prestise, itu udah nggak happening lagi deh… hehehe…. Its’ sooo decades ago 😉
Yang sering saya dengar pada penelitian beberapa waktu lalu tentang melahirkan dan menyusui, ibu2 banyak yang minta cesar untuk menghindari sakit [kontraksi]. Daripada berjam2 kesakitan tanpa kepastian, mendingan yang cepat saja. Sakit setelah melahirkan toh sama saja. Dan kalau untuk orang Indonesia, dengan banyaknya social support dari keluarga, dimana ibu2 yang baru melahirkan umumnya dimanjakan selama minimal 1 bulan, tidak ada pressure untuk buru2 pulih dari melahirkan.
Daaaannn…. bukan sepenuhnya pasien lho, yang minta cesar. Ada beberapa dokter kandungan yang saya tahu, yang hobinya cesar 🙂 Waktu hamil anak kedua, saya sempat konsul awal pada seorang dokter, padahal sudah diwanti2 teman2 bahwa dokter itu termasuk yang “hobby-nya cesar”. Dan betul! Baru juga konsul pertama, langsung sudah loncat ke kemungkinan cesar. Memang saya waktu itu ada resiko tinggi terhadap pre-eklamsia, tetapi… kayaknya nggak perlu deh dokternya bilang, “Belum lagi kalau nanti ibu ada diabetes, resikonya tambah besar lagi! Jadi dipertimbangkan cesar aja dari sekarang”
Langsung saya nggak konsul ke sana lagi. Cari dokter yg bantu kelahiran anak pertama. Dan betul! Dokter yang ini dengan entengnya bilang kemungkinan lahir normal masih sangat besar, asal mematuhi rambu2 yang disarankannya 🙂
.-= ::> Read -maynot-´s last blog … Ad Hoc Moms =-.
Betul sekali mbak, memang ada beberapa yang beralasan melakukan seksio demi prestise (salah satu gaya hidup tentunya selain beli iPhone). Namun kenyataannya saat ini masih ada yang berpikiran tidak ingin melahirkan normal dengan cara apapun (waterbirth sekalipun) dengan alasan tidak mau terjadi perubahan kosmetik pada tubuh mereka. Tapi semoga mbak Maya tidak seperti demikian. Selalu terbuka dan selektif untuk kemajuan. Betul kan mbak?
Dengan pertumbuhan sosial ekonomi yang didukung perkembangan teknologi kesehatan, maka bila ada yang mampu untuk itu, dengan alasan pribadi plus medikososial, seringkali tindakan seksio menjadi pilihan utama partus. Hal ini tentu berpaling kepada kemauan pasien dan kemampuan medisnya.
Intinya mungkin keberadaan materi ya pak? Namun hal ini bisa menjadi kesenjangan tersendiri bagi masyarakat di daerah terpencil. Atau malah jadi keuntungan? Wallahu a’lam.
Pengalaman keluarga kami secara pribadi karena alasan medis, kesempitan panggul, dan pernah ada riwayat operasi sebelumnya,maka permintaan seksio menjadi pilihan utama, demi kesehatan ibu dan keselamatan bayinya.
TERIMAKASIH telah berkenan Berbagi informasinya bersama.
Kalo ini sih, minta atau pun tidak, sudah menjadi resiko untuk mengulangnya lagi. Tak apa pak, yang penting sehat dan selamat. Trims juga sudah sharing.
Oya, kenapa komentar pak Tusuda ini selalu terjaring Akismet ya? Ada apa ya pak?
ada kasus yg lahir cepet dan dokter ndak tahu obatnya
masak 5 bulan udah lahir bahkan 4 bulan kwkwkw
sekarang banyak kan nikah 4 – 5 bulan udah lahir bayi
gak tahu juga mungkin nabung dulu sebelum nikah hihihi
gimana dok, ada obatnya?
Wah, kalo ini obatnya apa ya? masalahnya si pasangan itu bisa nyicil sih…jadi dokter juga bingung ngasih obat apa…hehehe
sc by request? kayaknnya banyak faktornya, misal si ibu ngak tahan waktu his, trus minta di sc aja, atau masalah kesehatan, misalnya si ibu dianjurkan untuk tidak melahirkan normal dengan alasan medis, atau pihak keluarga menginginkan anaknya lahir di tanggal cantik