Saat ini serangan Tomcat sedang heboh di berbagai media massa dan media jejaring sosial. Tahukah Anda apakah Tomcat itu, bagaimana mengatasi dan mengendalikannya? Berikut ini saya rangkumkan informasinya dari berbagai sumber.
Apakah Tomcat itu? Tomcat merupakan sebutan untuk nama serangga penyebab peradangan kulit atau Dermatitis Paederus atau disebut juga Dermatitis Linearis, karena peradangannya bisa membentuk gambaran garis linear. Di Malaysia dikenal dengan istilah bukan Tomcat tetapi Charlee, semut semai atau semut kayap. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Rove beetle, atau Kumbang jelajah atau kumbang pengembara.
Dermatitis ini merupakan bentuk reaksi alergi akibat kontak dengan kumbang atau ordo Coleoptera, famili Staphylinidae, genus Paederus yang keberadaanya umum di seluruh dunia, khususnya banyak ditemukan di daerah tropis. Kumbang ini sesungguhnya tergolong serangga berguna karena berperan sebagai predator aktif pada beberapa serangga pengganggu tanaman padi, seperti wereng batang coklat, wereng punggung putih, wereng zigzag, wereng hijau dan
hama kedelai yang banyak terdapat di iklim tropis.
Bagaimana bentuk kumbang Tomcat?
Kumbang Paederus dewasa umumnya berukuran 7 sampai 10 mm panjang dan 0,5 sampai 1 mm lebar. Di Indonesia jenis yang paling banyak dijumpai adalah Paederus fuscipes (Kalshoven 1981) dan satu jenis lagi tetapi tidak sebanyak yang pertama yaitu Paederus tamulus. Tubuh kumbang Paederus berbentuk memanjang, terbagi menjadi tiga bagian kepala, toraks, dan abdomen. Bagian kepala, perut bagian bawah, dan elitera (struktur sayap pelindung) berwarna hitam, dan dada dan perut atas merah oranye. Kakinya terdiri atas tiga pasang dengan jumlah ruas tarsi kaki depan, tengah, dan belakang adalah 5-5-5, serta tidak berkuku. Sayapnya dua pasang, tetapi tidak menutupi seluruh abdomen, hanya menutupi ruas abdomen kesatu sampai dengan ketiga. Sayap depan mengeras disebut elitera, dan berfungsi sebagai perisai, sedangkan sayap yang kedua membranus atau bening digunakan untuk terbang.
Habitat dan Perilaku Tomcat seperti apa?
Kumbang ini berkembang biak di habitat yang lembab seperti daun busuk basah dan tanah. Tomcat juga sangat senang hidup di hutan mangrove, dan areal persawahan, terutama daerah yang banyak hama tanaman seperti wereng coklat. Menurut FAO (1994) serangga ini efektif memangsa wereng coklat hama padi di Bogor dengan daur hidup dari telur sampai menjadi imago selama 18 hari. Stadium telur = 4 hari, larva = 9,2 hari, prepupa = 1 hari, dan pupa = 3,8 hari. Lama hidup serangga betina adalah 113,8 hari dan serangga jantan adalah 109,2 hari. Kemampuan bertelur 106 butir per betina.
Masa inkubasi telur selama 4 hari. Persentase penetasan 90,20 persen. Persentase menjadi dewasa adalah 77,60 persen. Menurut Kalshoven (1981) P. fuscipes yang ada di Indonesia tidak efektif sebagai predator wereng coklat hama padi karena sifatnya yang polifagus, tetapi beberapa petani dan praktisi di lapangan serta FAO (1994) menyatakan bahwa serangga ini cukup potensial sebagai musuh alami hama pada pertanaman padi. Namun demikian, pemanfaatan musuh alami hama dari genus Paederus ini tetap perlu diwaspadai.
Populasi kumbang ini meningkat pesat pada akhir bulan musim hujan (bulan Maret dan April) dan kemudian dengan cepat berkurang dengan timbulnya cuaca kering pada bulan-bulan berikutnya. Peningkatan pesat dalam populasi mereka telah dikaitkan dengan peningkatan hujan terkait dengan fenomena el Nino di beberapa negara.
Tomcat sebenarnya tidak mengigit ataupun menyengat. Tomcat akan mengeluarkan cairan hemolimfe yang disebut paederin, bila bersentuhan dengan kulit manusia atau tergencet dan darahnya bersinggungan dengan kulit manusia, hal ini dilakukannya sebagai bentuk pertahanan diri dan bila merasa terancam. Gawatnya, Tomcat juga akan mengeluarkan cairan racunnya ini pada benda-benda seperti baju, handuk, atau benda-benda lainnya. Karena itu, bila tomcat hinggap di tubuh, cukup kibaskan saja serangga ini atau ditiup agar pergi.
Bagaimana kumbang ini bisa mencapai hunian manusia?
Sebagaimana disebutkan bahwa habitat kumbang ini adalah areal persawahan dan daerah lembab. Pada saat habitatnya tersebut dirusak dan dialihfungsikan, maka mereka terdorong untuk mencari lingkungan baru dan mendekati pemukiman penduduk. Tomcat ini sebenarnya tidak berniat menyerang manusia. Merambahnya tomcat ke pemukiman penduduk, selain karena habitatnya dirusak, juga dikarenakan tertarik pada cahaya atau lampu pijar dan neon di rumah penduduk. Namun saat merasa terganggu akan mengeluarkan racun paederin yang menyebabkan kulit meradang dan melepuh.
Kumbang ini akan menjadi pengganggu utama ketika jendela atau pintu bangunan rumah dibiarkan terbuka. Kumbang ini tidak menggigit atau menyengat, tapi secara tidak disengaja tersapu atau tergaruk tangan sehingga bagian tubuhnya hancur di atas kulit. Ketika itu ia akan mengeluarkan cairan hemolimfe, yang berisi paederin (C25H45O9N), zat kimia iritan kuat, yang akan menimbulkan reaksi gatal-gatal, rasa terbakar, kulit kemarahan dan mengalir keluar 12-48 jam kemudian. Lesi-lesi kulit biasanya linear, dan kulit melepuh (vesiko-vitiliginous), bisa juga terjadi konjungtivitis pada mata atau bungkul-bungkul kemerahan.
Beberapa laporan penelitian menunjukkan bahwa biosintesis paederin terjadi hanya pada kumbang betina tertentu. Keberadaan bakteri endosymbiotic gram negatif tertentu pada betina tampaknya berperan penting untuk sintesis paederin. DNA dari bakteri simbiotik tergolong dalam genus Pseudomonas, dan Pseudomonas aeruginosa. Serangga betina yang infektif membawa bakteri tersebut haemolymph-nya mengandung paederin yang bersifat racun yang dapat menyebabkan gejala radang dan melepuh pada kulit manusia. Lepuh akan pecah dan mengering atau dapat bernanah, dalam waktu kurang lebih 2 minggu baru akan pulih kembali. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk tidak menggaruk luka di kulit tersebut karena dapat menyebabkan infeksi bakteri pada luka. Hal tersebut dapat mempersulit penyembuhan.
Bagaimana pencegahan dan penanganannya?
Upaya mencegah kontak dengan kumbang ini merupakan metode utama untuk menghindari dermatitis paederus. Oleh karena itu perlu belajar mengenali bentuk kumbang Paederus, agar sedapat mungkin bila mengenalinya, maka tidak akan menggencet atau menghancurkan serangga ini, dan infeksi dapat dicegah.
Satu hal yang juga perlu diingat adalah bahwa radang kulit ini tidak menular antar manusia, hanya jika kulit manusia terkena kontak dengan toxin atau cairan dari kumbang yang memiliki risiko terkena dermatitis paederus ini.
Jika kumbang hinggap pada kulit anda, tiuplah dengan mulut agar dia terbang atau upayakan agar kumbang berjalan ke secarik kertas dan setelah itu singkirkan jauh-jauh. Daerah kulit bekas kontak dengan kumbang harus segera dicuci dengan sabun dan air, dan setiap pakaian yang berkontak dengan kumbang harus dicuci juga dengan deterjen. Pintu harus tetap tertutup dan skrining jendela harus tetap dalam keadaan baik untuk membantu mengurangi masuknya serangga ke dalam bangunan. Karena kumbang tertarik pada cahaya, lampu harus dimatikan ketika orang tidur.
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, memberikan tips sebagai berikut.
- Apabila Anda menemukan serangan ini jangan dipencet supaya racun tidak mengenai kulit. Masukkan serangga ini ke dalam plastik dengan hati-hati dan buang ke tempat yang aman.
- Hindari terkena kumbang ini pada kulit terbuka.
- Usahakan pintu selalu tertutup dan bila ada jendela sebaiknya diberi kawat nyamuk untuk mencegah kumbang ini masuk ke dalam rumah.
- Sebaiknya tidur menggunakan kelambu jika memang di daerah yang Anda tinggali sedang dilanda serangan kumbang ini.
- Bila mendapati serangga ini dalam jumlah yang banyak sebaiknya pada setiap lampu perlu diberi pelindung untuk mencegah kumbang ini jatuh ke manusia.
- Apabila kumbang ini mengenai kulit, usahakan supaya Anda tidak menggosok kulit atau bagian mata.
- Bila kumbang ini berada di kulit, singkirkan dengan hati-hati-hati, dengan meniup atau menggunakan kertas untuk mengambil kumbang dengan hati-hati.
- Lakukan inspeksi ke dinding dan langit-langit dekat lampu sebelum tidur. Bila Anda menemukan kumbang ini segera matikan dengan menyemprotkan racun serangga, lalu singkirkan tanpa menyentuhnya.
- Segera beri air mengalir dan sabuni kulit Anda yang bersentuhan dengan serangga ini.
- Bersihkan lingkungan rumah, terutama tanaman yang tidak terawat yang ada di sekitar rumah yang bisa menjadi tempat atau sarang hidup kumbang ini.
Untuk pengendalian paederus, bisa dilakukan dengan menggunakan jebakan lampu. Apabila sudah banyak yang tertangkap selanjutnya dilepas di kebun untuk penyeimbang ekosistem. Namun, jika populasinya besar bisa dilakukan penyemprotan dengan insektisida botani berbahan tumbuhan yang mudah terdegradasi dan ramah lingkungan.
Yang jelas, masyarakat tidak perlu panik. Drg. Rita Kusriastuti, Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (PPBB) Kementerian Kesehatan mengatakan, serangan tomcat tampak meluas karena pengaruh cuaca, khususnya saat ini musim hujan yang dapat menambah populasi tomcat. Namun, tomcat akan hilang dengan sendirinya, seiring perubahan cuaca.
Terakhir, segera konsultasikan ke dokter atau puskesmas terdekat apabila gejala menjadi berat, seperti gatal yang mengganggu aktivitas & istirahat, nyeri maupun tanda-tanda syok.
Semoga bermanfaat.
Oya? Maaf baru dibalas. Kapan ya kak?