Kata orang-orang, bulan Februari merupakan bulan yang penuh cinta. Apakah benar begitu? Rupanya ungkapan ini memang sudah ramai diimplementasikan dalam sebuah perayaan hari kasih sayang, atau dikenal sebagai Valentine Day, yang jatuh setiap tanggal 14 Februari. Segala macam persiapan dilakukan sejumlah pasangan kekasih untuk bisa mewujudkan kenangan yang indah pada hari kasih sayang, bahkan secara online saja, dengan kata kunci Valentine Day 2010 bisa mencapai lebih dari 83 juta item hasil pencarian Google. Semua toko yang menyediakan aneka pernik Valentine pun digelar bahkan rela menaikkan harga, demi meraup keuntungan musiman. Namun sebetulnya mereka ini, sudah paham belum sih apa sebenarnya Valentine Day dan mengapa muncul perayaannya ? Lalu, mengapa saya tulis Hati-hati dengan Valentine-an ? Ada apa sebenarnya dengan Valentine ?
Nah, teman-teman, saya juga awalnya ga faham kalo ditanya sejarah Valentine ini, apalagi kalo dikaitkan dengan kasih sayang yang terikat waktu dan tempat. Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa semua setuju jika kasih sayang itu tidak perlu dibatasi oleh waktu dan tempat. Mana ada kita mengungkapkan kasih sayang kita hanya setiap tanggal 14 Februari dalam 1 tahun? Tentu hal yang sangat naif sekali bukan? Bukankah dalam semua agama pun diajarkan agar kita senantiasa berkasih sayang kepada sesama sepanjang hayat kita, jadi tidak perlu dibatasi waktu.
Setelah googling sana, googling sini, dan googling situ, ternyata baru saya mengerti bahwa Valentine Day itu malah sebagai penghormatan atas hari wafatnya seorang pastor yang bernama St. Valentine (Santo atau Saint), dia ini adalah seorang pendeta Katolik dari Roma pada abad ketiga, yang dipenggal pada tanggal 14 Februari 269 Masehi, bertepatan dengan hari yang dipilih sebagai pelaksaan ‘undian cinta’. Legenda juga mengatakan bahwa St. Valentine sempat meninggalkan ucapan selamat tinggal kepada putri seorang narapidana yang bersahabat dengannya. Di akhir pesan itu, ia menuliskan : “Dari Valentine-mu”.
Sementara itu sebuah cerita lain mengatakan bahwa Saint Valentine adalah seorang pria yang membaktikan hidupnya untuk melayani Tuhan di sebuah kuil pada masa pemerintahan Kaisar Claudius. Ia dipenjarakan atas kelancangannya membantah titah sang kaisar. Baru pada tahun 496 Masehi, pendeta Gelasius menetapkan 14 Februari sebagai hari penghormatan bagi Valentine.
Akhirnya secara bertahap 14 Februari menjadi hari khusus untuk bertukar surat cinta dan St. Valentine menjadi idola para pecinta. Datangnya tanggal itu ditandai dengan pengiriman puisi cinta dan hadiah sederhana, semisal bunga atau coklat. Sering juga untuk merayakan hari kasih sayang ini dilakukan acara pertemuan besar atau bahkan permainan bola.
Di AS, Miss Esther Howland tercatat sebagai orang pertama yang mengirimkan kartu valentine pertama. Acara Valentine mulai dirayakan besar-besaran semenjak tahun 1800 dan pada perkembangannya, kini acara ini menjadi sebuah ajang bisnis yang menguntungkan.
Perlahan semarak hari kasih sayang ini merebak keluar dan menular pada masyarakat di seluruh dunia dibumbui dengan versi sentimental tentang makna valentine itu sendiri. Bahkan anak-anak kecil pun tertular dengan wabah ini, mereka saling berkirim kartu dengan teman-temannya di sekolah untuk menunjukkan rasa sayang mereka. Tidak jarang dengan adanya perayaan ini, terjalin hubungan-hubungan lawan jenis di luar nikah yang justru sangat dilarang oleh agama, mereka melakukan itu dengan dalih memperlihatkan rasa kasih sayang yang mendalam kepada pasangan mereka. Yang tentunya masalah pun bermunculan setelah perayaan berakhir, karena banyak bermunculan para gadis yang hamil di luar nikah.
Nah, bahaya dari Valentine itu sendiri sebagian sudah diulas diatas, beberapa point bisa saya sampaikan (sebagian dikutip dari Akhwat.Web.Id) :
- Perayaan Valentine ini bid’ah, tidak ada sama sekali dalam tuntunan syariat, bahkan dalam agama manapun. Seperti dalam sejarahnya, perayaan ini hanyalah sekedar penghormatan atas jasa seorang pendeta dan tidak bisa dimaklumatkan sebagai perayaan penting, apalagi melebih-lebihkan satu sikap kasih sayang di hari tertentu yang seyogyanya bisa diwujudkan sepanjang hari. Dikatakan bahwa, bid’ah adalah sesat, maka siapapun pelaku bid’ah, maka dia adalah sesat dan menyesatkan.
- Perayaan Valentine ini merupakan produk manusia, produk agama non Islam, yang sengaja disebarkan oleh kaum yang bertanggungjawab atas penghancuran aqidah Islam, semata-mata untuk menggoyahkan keimanan para pemuda dan pemudi Islam. Bisa dibayangkan ketika mereka teracuni oleh Valentine-an dan mengikuti perayaannya dengan tradisi-tradisi tertentu yang notabene sangat jauh dari syariat Islam, sudah pastilah mereka tergelincir dalam kesesatan yang nyata. Dan pihak penyebar dosa itu, tidaklah mau bertanggungjawab. Jadi, apalah artinya pemberian coklat, berpacaran, bahkan seorang gadis sampe rela memberikan kehormatannya di hari Valentine, jika akhirnya keimanan rapuh hanya dalam satu hari. Na’udzubillah…
- Perayaan Valentine ini membuat hidup semakin konsumtif, semakin boros, membeli barang-barang yang saat itu sebenarnya tidak diperlukan, bahkan jika tidak punya uang, bisa saja orang rela melakukan kejahatan demi mendapatkan uang untuk membeli “kebutuhan” Valentine-an. Kebayang kan jika orang harus berbuat kejahatan hanya karena sibuk memikirkan hal-hal kecil dan tidak penting. Jika itu menimpa anak kita, silahkan dibayangkan, betapa pendidikan dalam keluarga menjadi sangat penting. Bahkan seorang artis saja bisa bilang bahwa “Valentine itu ga penting banget”.
Jika Valentine-an berbahaya bagi generasi kita, mengapa tidak kita antisipasi diri kita sendiri dan anak kita dari godaan mengikuti acara murahan ini dari sekarang ? Biarlah orang mengatakan jadul atau ketinggalan zaman, tapi bukankah orang yang memperingati orang yang mati dipenggal pada zaman dulu itu lebih jadul lagi ? Lebih baik kita mengikuti teladan Rasulullah SAW. dan pengikutnya yang dipedomani Al-Quran dan Hadits agar selamat di dunia dan akhirat.
Semoga kita terhindar dari hal-hal nista sedemikian dengan berlindung kepada kasih sayang Allah yang tidak pernah padam sepanjang masa.
Hmmm… saya mau mengomentari yang ini:
“Perayaan Valentine ini merupakan produk manusia, produk agama non Islam, yang sengaja disebarkan oleh kaum yang bertanggungjawab atas penghancuran aqidah Islam, semata-mata untuk menggoyahkan keimanan para pemuda dan pemudi Islam”
SENGAJA DISEBARKAN …. semata2 UNTUK MENGGOYAHKAN KEIMANAN PARA PEMUDA/I ISLAM? Hehehe…. klaim ini geer banget ah! Memangnya mereka SENGAJA menyebarkan, apalagi dengan sistematis dan penuh tujuan untuk MENGGOYAHKAN agama Islam ;)? Apa bukti yang dapat Mas Nasir tunjukkan untuk mendukung tuduhan ini ;)?
Menurut saya sih ini fenomena sosio-kultural biasa. Sesuatu yang menjadi “pop” dan bergeser dari tujuan semula. Sama seperti foto “Che Guevara” yang akhirnya menjadi ikon populer, dipakai oleh orang2 yang boro2 mengagumi dan mengerti perjuangan Che… kenal Che aja nggak! Pernah saya ketemu remaja dengan kaos bergambar Che, yang ketika saya tanya siapa itu jawabnya adalah…. “Bob Marley, penyanyi reggae” 🙂
Jelas, anak2 seperti ini tidak dapat kita katakan “pengikut Che Guevara” 🙂
Demikian pula dengan Valentine ini. Benar, awalnya adalah suatu penghormatan bagi St Valentinus, dan diserukan pada umat Katholik untuk merayakannya. Tapi… SERUAN ITU UNTUK UMAT KATHOLIK… nggak untuk semua orang 🙂 Sehingga JELAS bukan sebentuk konspirasi yang sengaja disebarkan untuk menghancurkan aqidah umat Islam 🙂
Adalah hak mereka, umat Katholik, untuk menghormati orang2 yang mereka anggap layak dihormati dengan perayaan khusus. Nggak lantas berarti upaya untuk menghancurkan aqidah Islam 🙂 Kalau ada pemuda/i Islam yang ikut2an, itu KEBODOHAN MEREKA SENDIRI 🙂 Jangan menyalahkan yang lain dong….
Jangan buruk muka cermin dibelah; alih2 mengakui kebodohan saudara2 kita sendiri, malah menuduh ada konspirasi menghancurkan aqidah kita 🙂 Please deh! We’re not the center of the universe; dimana semua yang dilakukan umat2 lain selalu berkaitan dengan kita 🙂
Sip..makasih mbak atas masukannya. Saya cuma menyampaikan opini dan pembelajaran dari ustadz yang punya analisis dan bahan yang kuat saja. Tapi makasih banget sharingnya 🙂
Hihihi… saya sudah baca kok tautan yang Mas Nasir berikan 🙂 Tapi…. di tautan itu, tidak ada “tuduhan” sekeras yang Mas berikan 🙂
Mungkin lebih hati2 saja kalau mau melakukan parafrase terhadap tulisan orang 🙂
.-= ::> Read -maynot-´s last blog … Tembus ke Samping =-.
Betul mbak, bisa saya tambahkan bahwa ustadz yang saya maksud tidak hanya tautan yang dimaksud, tapi juga ustadz yang saya simak dari radio, jadi mungkin perlu ditambahkan. Maksudnya sih, diduga saja. OK deh saya ganti kalimatnya. Trims sharingnya.
Hahaha… satu lagi ya, Mas, komentarnya 🙂 Sorry, yang ini mungkin lebih pedas:
“Perayaan Valentine ini membuat hidup semakin konsumtif, semakin boros, membeli barang-barang yang saat itu sebenarnya tidak diperlukan, bahkan jika tidak punya uang, bisa saja orang rela melakukan kejahatan demi mendapatkan uang untuk membeli “kebutuhan” Valentine-an.
Kebayang kan jika orang harus berbuat kejahatan hanya karena sibuk memikirkan hal-hal kecil dan tidak penting. Jika itu menimpa anak kita, silahkan dibayangkan, betapa pendidikan dalam keluarga menjadi sangat penting. Bahkan seorang artis saja bisa bilang bahwa “Valentine itu ga penting banget”.
Jika Valentine-an berbahaya bagi generasi kita, mengapa tidak kita antisipasi diri kita sendiri dan anak kita dari godaan mengikuti acara murahan ini dari sekarang?”
Hehehe… komentar saya, Mas: fenomena ini terjadi bukan hanya pada Valentine. Kriminalitas juga meningkat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Konsumerisme juga meningkat pada Hari Raya Idul Fitri. Banyak orang2 rela melakukan tindak kriminal demi bisa beli baju baru dan merayakan Idul Fitri.
Jika argumen Anda bahwa Valentine harus ditolak adalah seperti di atas… konsekuensi logisnya adalah: kita juga harus menolak Idul Fitri 🙂
@maynot : analisa anda payah, analogi valentine dengan sikap boros itu memang demikian, buktinya, di TV2 sudah diberikan penjelasan bahwa valentine identik dengan memberikan coklat, sekarang bagaimana jika mau merayakan valentine tapi gak beli coklat? ya gak valentine kan? kalau idul fitri di rayakan itu memang sudah sunah, karena sudah ada tuntutannya, jika karena membelanjakan di saat idul fitri itu serta merta untuk silaturahmi, masak anda mau berkunjung ke tetangga dengan pakaian tidak pantas di pakai? masak ada tetangga jauh datang tapi anda tidak menyuguhkan makanan. think about it… logikanya itu yang valid bos… kurang valid tuh, bukti memang sudah terlihat begitu untuk valentine, gak bisa di pungkiri…
sangarrrrr banget artikelnya sumbernya dok,
kalo misalnya saya berkilah seperti ini..
Islam Rahmatan Lil ‘Alamin.. apa salahnya memberikan sesuatu kepada orang yang kita sayang, adek, kakak, keponakan, temen dan saudara? kalo Rasul sendiri menyarankan kita untuk mencintai saudara sendiri seperti kita mencintai diri kita 😀
masalah boros ato tidak, it’s pure business to me..
namanya orang jualan janur ya lakunya pas lebaran atau musim menikah di jawa, orang jualan coklat lakunya ya pas musim valentine seperti ini.. kalo ternyata memicu konsumtif, ya berarti cara mendidik orangtua saya terhadap sikap konsumtif itu kurang, sehingga saya harus memperbaiki dengan mendidik anak2 saya untuk lebih baik..
makasih sharenya, semakin membuka mata saya bahwa masih banyak orang Indonesia yang selalu merasa benar sendiri seperti sumber yang dokter taut di-atas.
saya cuman yakin bahwa agama saya benar, tentang agama lain, Hanya Allah Yang Berhak memutuskan itu salah atau tidak..
.-= ::> Read AgusNaim´s last blog … Bisa Kok Verifikasi PayPal Tanpa Kartu Kredit & Tanpa VCC =-.
Setuju banget mas, memang kita perlu hati-hati dengan segala sumber berita. Yang penting dengan kita yakin bahwa ajaran agama kita benar sesuai Quran dan Hadits, juga siap menjalankan dengan segala konsekuensinya. Jangan mau ikut-ikutan budaya yang ga jelas juntrungannya, ya kan? 🙂
saya tertarik dengan foto pada artikel ini, bisa didapat dimana ya barangnya? hehehe mauu doongg
Download aja mbak, saya juga dapet nyari di images google, hehehe…
kenapa yach setiap Hari Valentine selalu pro ‘n kontra, biarlha mengalir seperti air, yg pro jalanin, yang kontra yach gak usa jalanin, toh ntar baik buruknya Valentine, masing2 akan mempertanggung jawabkan di Akhirat. Kita di dunia ini gak perlu menjudment sesuatu hal yang berbeda dari kaca mata kita, hanya setelah di akhirat kita baru tahu mana yang benar ‘n mana yang salah sebenarnya…..
Terlepas dari pro kontra valentine day. Pebisnis yg memanfaatkan momen tersebut punya andil besar memasukkan lebih dalam ke pikiran bawah sadar, dengan menciptakan suasana kasih sayang yang harus dengan MEMBELI sesuatu untuk diberikan sebagai ungkapannya. Sehingga kalau memberi sesuatu yang bukan dibeli (sesuatu karya sendiri) rasanya kurang afdol.