Siapa yang tidak senang bila punya anak yang lucu banget, ngegemesin, plus ngangenin. Itulah anak, anak yang tentu merupakan darah daging kita. Menjadi penghibur hati di kala hati sedang gundah gulana, hati sedang lelah digelayuti pikiran tentang kehidupan sehari-hari, entah pekerjaan, kebutuhan rumah tangga, apalagi di saat kondisi seperti sekarang ini. Ketika harga-harga bahan pokok naik, ongkos angkutan umum naik, harga BBM naik, harga elpiji juga naik, apapun naik… nyaris terlontar kata putus asa karena ternyata beban hidup sedemikian mencekik urat nadi kehidupan. Namun dengan bercengkrama dengan anak sepulang kerja, rasanya beban itu sirna dan pikiran pun refresh kembali serta semangat hidup demi anak kita menggelora kembali. Walaupun hanya sementara karena keesokan harinya, jika Tuhan masih menghendaki kita hidup, tentu beban itu datang kembali, tinggal seberapa berat beban itu kita pikul, tergantung semangat kita memikulnya.
Seperti halnya diriku, dengan anakku-Faris yang kini berusia 4 bulan 3 minggu dengan panjang badan 58 cm dan berat 5 kg (21/5/2008), rasanya selalu saja ngangenin dia. Sekarang Faris sudah bisa tengkurap dan telentang sendiri, bahkan lucunya menyusu pun sambil tengkurap. Kepala yang sudah cukup tegap diangkat bahkan sesekali berusaha mengangkat dadanya, membuat Faris tampak lebih cepat perkembangannya dibanding anak seusianya. Ditambah pandangan mata yang penuh ekspresi, bila dipanggil, mengungkapkan keinginan, mendengar percakapan orang dewasa, diajak bercakap-cakap, mengajak bermain, semakin membuat orang penasaran kalo tidak menyapa dan mengajaknya bermain. Lucu sekali jika waktu shalat tiba, seakan dia ingin ikut shalat, lalu bila diajari gerakan shalat dengan bacaannya, mulutnya akan berkomat-kamit seolah-olah mengikuti ucapan kita. Begitu pun bila diajak bernyanyi, menyanyikan lagu Pok Ame-ame, Topi Saya Bundar, Tuhan saya Allah, Bintang Kecil, Potong Bebek Angsa, A-ba-ta-tsa, Satu ditambah satu, dsb. Menyanyikan lagu satu ditambah satu dikarenakan Faris sering sekali memainkan jari-jari tangannya bila bermain sendiri seperti orang sedang menghitung, mungkin menghitung uang kali ya…? :)
Sejak umur 4 bulan dan bisa belajar tengkurap, Faris paling tidak mau digendong dengan cara gendong bayi pada umumnya (posisi tidur). Dia paling suka digendong dengan cara didudukkan dengan pandangan mata ke depan, sehingga dia bisa leluasa melihat ke sekitarnya. Kecuali bila tampak dia kurang bergairah karena mengantuk, tentu dia tidak berontak walau digendong posisi tidur. Fotonya bisa dilihat disini atau foto-fotonya yang lain bisa dilihat disini.
Kalo ada telpon/hp bunyi, jangan coba-coba dekat Faris kalo tidak mau diganggu. Dia pasti akan ikut bersuara dan berteriak seolah-olah ingin ikut bicara di telepon. Bahkan terkadang HP yang sedang digunakan, ditarik-tariknya. Ada lagi, dia tidak bisa tidur bila tidak memeluk guling kesayangannya. Kadang aku jengkel juga, tampangnya udah ngantuk, rewel, tapi ditepuk-tepuk pantatnya kok ga mau tidur juga, ternyata begitu diberikan guling di pelukannya, dengan mudah matanya terpejam dan akhirnya tertidur lelap.
Ah, banyak cerita tentang kelucuan Faris, yang pasti kelakuan-kelakuannya itu selalu membuat aku, istriku, neneknya, kakeknya, mbahnya, semuanya selalu merasa kangen ingin ketemu lagi, ketemu lagi dan lagi. Putraku emang ngegemesin…
Nah, jika anak bisa menjadi penghibur hati kita, penyejuk jiwa kita, mengapa masih ada orang yang tega membuang anaknya sendiri, bahkan masih bayi ? Bukankah kita diajarkan untuk selalu memohon kepada Allah melalui doa “Robbanaa hablanaa min azwajinaa wa dzurriyyatinaa qurrota a’yunin waj’alna lil muttaqiina imaamaa”, yang artinya “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan anak keturunan kami (yang dapat menjadi) penyejuk mata (dan jiwa), dan jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertaqwa”. Begitu kuatnya doa ini yang bila diucapkan dengan tulus, Allah akan jadikan istri dan anak-anak kita sebagai penguat hati, penyejuk mata, penghibur hati, peredam amarah, penarik pahala, pemancing kebajikan, pengobar semangat hidup bagi kita. Dan dengan bekal keimanan yang kuat, insya Allah terlahir generasi yang dapat menjadi pemimpin bagi dirinya dan bagi umat yang bertaqwa, sehingga bisa terlahir bangsa yang kuat dan berwibawa di bawah keridloan Allah SWT. Amin.
Oya? Maaf baru dibalas. Kapan ya kak?