Hati-hati dengan para “Pencuri Impian”

Loading

Ijinkan saya posting artikel ini, saya dapatkan dari seorang teman juga dan sepertinya sudah tersebar di milis-milis dan blog-blog, sepertinya terjemahan dari artikel motivasi dari bahasa asing, jika ada teman-teman yang mengetahui sumbernya sekiranya bisa menginformasikan melalui form komentar. Artikelnya saya kira masih cukup relevan dengan kondisi saat ini. Mudah-mudahan kita bisa belajar menarik kesimpulan dan mengambil hikmahnya, bisa jadi kejadian serupa menimpa kita atau sahabat-sahabat kita. Kita bisa memberikan dorongan semangat atau malah menjadi “Pencuri Impian” sahabat kita tadi. Tentu kita perlu hati-hati mengambil posisi tersebut. Lalu bagaimana tipsnya ? Nanti kita akan pelajari.

Sebaiknya kita memang belajar kepada orang yang memang benar-benar ahli dalam bidang yang berkaitan, bukan kepada orang-orang di sekitar kita yang gagal dan cenderung negatif malah membingungkan. Walaupun kita gagal, sebaiknya kita introspeksi diri barangkali kita masih ada kesalahan dan kekurangan, bukan malah memberikan opini negatif dan malah membingungkan bagi semua orang, kayaknya kok kalau orang lain sukses kita malah jadi iri dan dengki bukan malah mengambil hikmah atau pelajaran di balik mereka sukses. Mudah-mudahan kita termasuk orang selalu diberi petunjuk oleh Tuhan Yang Maha Tahu. Amin.

Kisah berikut ini menurut saya sangat bagus untuk kita ambil hikmah dan pelajarannya… Selanjutnya nanti akan saya sampaikan tips untuk menghadapi para pencuri impian.

Ada seorang gadis muda yang sangat suka menari. Kepandaiannya menari sangat menonjol dibanding dengan rekan-rekannya, sehingga dia seringkali menjadi juara di berbagai perlombaan yang diadakan. Dia berpikir, dengan apa yang dimilikinya saat ini, suatu saat apabila dewasa nanti dia ingin menjadi penari kelas dunia. Dia membayangkan dirinya menari di Rusia, Cina, Amerika, Jepang, serta ditonton oleh ribuan orang yang memberi tepukan kepadanya.

Suatu hari, di kotanya dikunjungi oleh seorang pakar tari yang berasal dari luar negeri. Pakar ini sangatlah hebat, dan dari tangan dinginnya telah banyak dilahirkan penari-penari kelas dunia. Gadis muda ini ingin sekali menari dan menunjukkan kebolehannya di depan sang pakar tersebut, bahkan jika mungkin memperoleh kesempatan menjadi muridnya. Akhirnya kesempatan itu datang juga. Si gadis muda berhasil menjumpai sang pakar di belakang panggung, seusai sebuah pagelaran tari. Si gadis muda bertanya: “Pak, saya ingin sekali menjadi penari kelas dunia. Apakah anda punya waktu sejenak, untuk menilai saya menari? Saya ingin tahu pendapat anda tentang tarian saya”. “Oke, menarilah di depan saya selama 10 menit”, jawab sang pakar.

Belum lagi 10 menit berlalu, sang pakar berdiri dari kursinya, lalu berlalu meninggalkan si gadis muda begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Betapa hancur si gadis muda melihat sikap sang pakar. Si gadis langsung berlari keluar. Pulang ke rumah, dia langsung menangis tersedu-sedu. Dia menjadi benci terhadap dirinya sendiri. Ternyata tarian yang selama ini dia bangga-banggakan tidak ada apa-apanya di hadapan sang pakar. Kemudian dia ambil sepatu tarinya, dan dia lemparkan ke dalam gudang. Sejak saat itu, dia bersumpah tidak pernah akan menari lagi.

Puluhan tahun berlalu. Sang gadis muda kini telah menjadi ibu dengan tiga orang anak. Suaminya telah meninggal. Dan untuk menghidupi keluarganya, dia bekerja menjadi pelayan dari sebuah toko di sudut jalan.

Suatu hari, ada sebuah pagelaran tari yang diadakan di kota itu. Nampak sang pakar berada di antara para menari muda di belakang panggung. Sang pakar nampak tua, dengan rambutnya yang sudah putih. Si ibu muda dengan tiga anaknya juga datang ke pagelaran tari tersebut. Seusai acara, ibu ini membawa ketiga anaknya ke belakang panggung, mencari sang pakar, dan memperkenalkan ketiga anaknya kepada sang pakar.

Sang pakar masih mengenali ibu muda ini, dan kemudian mereka bercerita secara akrab. Si ibu bertanya, “Pak, ada satu pertanyaan yang mengganjal di hati saya. Ini tentang penampilan saya sewaktu menari di hadapan anda bertahun-tahun yang silam. Sebegitu jelekkah penampilan saya saat itu, sehingga anda langsung pergi meninggalkan saya begitu saja, tanpa mengatakan sepatah katapun?”

“Oh ya, saya ingat peristiwanya. Terus terang, saya belum pernah melihat tarian seindah yang kamu lakukan waktu itu. Saya rasa kamu akan menjadi penari kelas dunia. Saya tidak mengerti mengapa kamu tiba-tiba berhenti dari dunia tari”, jawab sang pakar.

Si ibu muda sangat terkejut mendengar jawaban sang pakar. “Ini tidak adil”, seru si ibu muda. “Sikap anda telah mencuri semua impian
saya. Kalau memang tarian saya bagus, mengapa anda meninggalkan saya begitu saja ketika saya baru menari beberapa menit. Anda seharusnya memuji saya, dan bukan mengacuhkan saya begitu saja. Mestinya saya bisa menjadi penari kelas dunia. Bukan hanya menjadi pelayan toko!”

Si pakar menjawab lagi dengan tenang “Tidak … Tidak, saya rasa saya telah berbuat dengan benar. Anda tidak harus minum anggur satu barel untuk membuktidkan anggur itu enak. Demikian juga saya. Saya tidak harus menonton anda 10 menit untuk membuktikan tarian anda bagus. Malam itu saya juga sangat lelah setelah pertunjukkan. Maka sejenak saya tinggalkan anda, untuk mengambil kartu nama saya, dan berharap anda mau menghubungi saya lagi keesokan hari. Tapi anda sudah pergi ketika saya keluar. Dan satu hal yang perlu anda camkan, bahwa Anda mestinya fokus pada impian Anda, bukan pada ucapan atau tindakan saya.“

“Lalu pujian? Kamu mengharapkan pujian? Ah, waktu itu kamu sedang bertumbuh. Pujian itu seperti pedang bermata dua. Ada kalanya memotivasimu, bisa pula melemahkanmu. Dan faktanya saya melihat bahwa sebagian besar pujian yang diberikan pada saat seseorang sedang bertumbuh, hanya akan membuat dirinya puas dan pertumbuhannya berhenti. Saya justru lebih suka mengacuhkanmu, agar hal itu bisa melecutmu bertumbuh lebih cepat lagi. Lagipula, pujian itu sepantasnya datang dari keinginan saya sendiri. Tidak pantas Anda meminta pujian dari orang lain.”

“Anda lihat, ini sebenarnya hanyalah masalah sepele. Seandainya anda pada waktu itu tidak menghiraukan apa yang terjadi dan tetap menari, mungkin hari ini anda sudah menjadi penari kelas dunia.”

Mungkin Anda sakit hati pada waktu itu, tapi sakit hati Anda akan cepat hilang begitu Anda berlatih kembali. Tapi sakit hati karena penyesalan Anda hari ini tidak pernah bisa hilang selama-lamanya.”

Refleksi :

Jika kejadian di atas mungkin menimpa kehidupan kita, ketika kita punya ambisi, ide, cita-cita, harapan, impian, keinginan, dan segudang idealisme, rasanya kita akan feel good (merasa nyaman) untuk mencapainya dengan segudang rencana dan pemikiran yang akan kita jalankan. Kemudian kita bertemu dengan komunitas atau lingkungan atau orang-orang yang kita anggap bisa menjadi tumpuan harapan atau tempat berkonsultasi atau kita berkeluhkesah mengenai hambatan mencapai cita-cita kita, dimana komunitas tersebut malah tidak mendukung atau justru bersikap apriori, bagaimana sikap kita, bagaimana cara kita menghadapinya ? Padahal tentu saja kita sangat mendambakan impian kita tercapai. Silahkan langsung meluncur ke sini untuk mendapatkan tips menghadapi para pencuri impian dan memberikan komentar Anda di sana.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to TOP