Tips Bersahabat dengan Dokter
Lucu juga judul ini, soalnya bisa bikin beda presepsi. Bersahabat dengan dokter bukan berarti kita keranjingan dateng memeriksakan diri ke dokter hingga bisa-bisa tiap pekan 2 kali. Eits, bukan itu maksudnya! Nah, biar kita sama presepsi tentang BERSAHABAT dengan DOKTER, simak dulu yuks kasus berikut ini :
Nyonya Minnie dan cucunya datang ke praktik pribadi dr. Mickey. Tiga puluh menit menunggu antrian hingga akhirnya sang suster memanggil namanya untuk segera masuk ke ruang pemeriksaan. Sayangnya, nyonya Minnie sangat terkejut terhadap sikap dokter yang ditemuinya. Duduk tidak sampai 2 menit, nyonya Minnie harus beranjak lagi meninggalkan ruang periksa dengan hanya dibekali resep yang kali ini sudah ada ditangannya, tanpa mendapat penjelasan apapun oleh dr. Mickey..
Pernah mengalami hal serupa? Saya pernah… Dan tahukan kawan, apa reaksi saya saat itu?
“Gile bener itu dokter, jeniusnya minta ampuuun! Masa saya belum cerita banyak tentang keluhan saya, eh itu dokter uda bisa mendiagnosa saya sakit apa. Tapi kecewanya, saya ga dikasi penjelasan apa-apa… Cuma dikasi resep doang !”
Hei kawan, itulah contoh kasus saat pasien belum bisa bersahabat dengan dokter dan dokter sendiri belum bisa bersahabat dengan pasien. Lantas, yang salah ini pasiennya atau dokternya? Jelas dua-duanya lah!
So, Gmn tips mengindari kejadian serupa? Simak aja ya…
- Pertama kali datang memeriksakan diri, pastikan kamu menampilkan sosok sebagai orang berpendidikan.
- Beri sapa dan salam pada dokter dengan senyuman terikhlas yang kamu bisa. Jangan lupa berjabat tangan dengan dokter dan kenalkan identitas kamu.
- Ceritakan keluhan kesehatan kamu dengan lengkap dan bersikaplah terbuka dengan dokter.
- Saat kamu diajak ke ruang periksa, pastikan kamu tidak banyak bicara dan hanya melakukan apa yang diinstruksikan dokter.
- Nah, selesai diperiksa, baru boleh bicara seperlunya tanpa harus mengurangi jiwa kritis dan rasa penasaran kamu tentang sakit yang kamu derita.
- Bocoran nih : dokter yang pasiennya banyak (baca: laris) biasanya ga punya banyak waktu untuk ngeladenin pasien. Jadi ga jarang dokter yang begini ini kurang menampakkan sisi simpati dan empati terhadap apa yang dialami dan dirasakan pasien. So, sentil simpati dokter dengan perkataan dan pernyataan yang santun dan tersenyum. Contoh : “Dok, saya berharap dokter ada waktu untuk saya, karena saya kurang tahu banyak terhadap sakit yang saya derita. Hmm, jadi sebenarnya saya sakit apa dok? Dan bagaimana penyembuhannya?”
- Pastikan kamu mengerti penjelasan dokter (karena memberi penjelasan adalah kewajiban dokter dan mendapat penjelasan adalah hak pasien). Kalo ga jelas, tanya aja lagi.. asal jangan kebanyakan, soalnya jarang ada dokter yang bisa sabar sama pasien yang cerewet. Hanya dokter-dokter luar biasa yang bisa memberi penjelasan dengan tetap sabar dan dengan tetap bersikap tidak meremehkan pasien.
- Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. So, isi dari rekam medis adalah hak pasien, sedang dokumen asli adalah hak rumah sakit/dokter. Jadi, klo kamu butuh rekam medis kamu, bilang aja minta difotokopiin. Dokter yang baik akan memberi apa yang menjadi hak pasien.
- Satu lagi bocoran : dokter yang memandang tinggi posisi pasien, justru akan mengucapkan “terimakasih” pada pasien. Atau lebih duluan dokter yang berucap “terimakasih” ke pasien daripada pasien berucap “terimakasih” ke dokter. Karena bagi dokter, pasien adalah GURU.
- Pastikan kamu dapet resep dokter tentang obat yang kudu kamu konsumsi. Jangan lupa minta saran dokter tentang apa yang harus kamu perbuat. Siapa tau ada lifestyle yang kudu kamu ubah, pola makan yang kudu kamu perbaiki dan pola istirahat yang kudu kamu terapin.
- Tinggalkan ruang praktik dokter dengan penuh rasa persahabatan.., senyum, salam dan jabat tangan.
Insyaallah sekian dulu ya, 11 langkah jitu biar kita bisa sahabatan ma dokter. Tanpa ada rasa saling sungkan. Intinya buka komunikasi dengan baik.. maka dokter akan menyambutnya dengan simpati dan empati. Sehingga akan tercipta rasa saling memiliki. Bisa-bisa dokter punya jargon : “karena anda adalah pasien kami” dan si pasien punya jargon : “karena anda adalah dokter saya”.
Ok. Moga manfaat dan bisa memulai “persahabatan” dengan dokter Anda.
Dari IlmuGratisan.com
Hahaha gw pernah tu ketemu ama yg begitu, waktu berobat ke SpA tapi ada plus2nya yaitu plus jutek n omongannya nyebelin padahal baru bilang gejala doank. Akhirnya tu dokter ga gw bayar n resepnya ga gw tebus n berjanji dalam hati ga akan sekali2nya ke dokter itu lagi….
Mmm…mungkin belum rezekinya kamu dapet dokter yang tepat…insya Allah tidak semua dokter begitu…
Untungnya saya punya om yang profesinya juga dokter. Jadi, tidak/belum pernah bertemu yang aneh-aneh (untuk saat ini) hihihi…
::> Postingan terakhir Jimmy … Aplikasi Halodoc Konsultasi Dokter