Tiga Dokter Ikut Tenggelam di Perairan Papua

Loading

Itulah headline berita KOMPAS tanggal 17 Januari 2009 dan dilansir oleh CintaEndonesia. Keganasan alam Papua kembali menelan korban, tiga dokter yaitu dr. Hendy prakoso, dr. Boyke Mawoka, dan dr. Wendyansyah Sitompul SpOG menjadi korban yang termasuk diantara 27 korban tenggelamnya kapal Risma Jaya akibat kerusakan (lambung bocor) setelah dihantam ombak besar di perairan Muara kali Aswet distrik Agast Kabupaten Asmat Propinsi Papua pada tanggal 13 Januari 2009.

Jenazah dr. Wendy ditemukan kamis (15/1) pukul 14.00 waktu setempat. Sedangkan dua dokter yang lain sampai saat ini belum ditemukan. Para dokter yang menjadi korban tersebut dalam perjalanan untuk program Save Papua di pedalaman Papua. Mereka menumpang kapal barang setelah bandara Agast yang biasanya digunakan untuk penerbangan di daerah tersebut rusak akibat gempa beberapa waktu yang lalu. Perjalanan Timika ke Asmat membutuhkan waktu 5 jam, namun kapal telah tenggelam ketika mendekati Agast.

dr. Wendyansah Sitompul Sp.OG bertugas di RSUD Kabupaten Mimika selama dua tahun adalah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. dr Hendy Prakoso adalah dokter Pegawai Tidak Tetap/PTT Pusat bertugas di Kabupaten Asmat, lulusan FK Universitas Airlangga Surabaya, sedangkan dr Boyke Mowoka adalah dokter PTT Daerah, lulusan FK Universitas Sam Ratulangi Manado.

Kisah meninggal dan hilangnya dokter dalam melaksanakan tugas ini menambah daftar dokter yang hilang atau meninggal dalam tugas di Papua. Kurang lebih satu tahun yang lalu tepatnya 9 Juni 2007 seorang dokter PTT yang bertugas di Puskesmas Arso III yaitu dr. Muhammad Haris juga meninggal karena kecelakaan di Papua (Silahkan baca beritanya disini). Kurang lebih satu bulan sejak kejadian itu, kembali satu dokter PTT meninggal dalam tugas di Papua Barat, beliau adalah dr. Erina Natania Nazarudin. Dokter Erina meninggal akibat mobil ambulance yang dikendarainya masuk ke jurang sedalam 20 meter di jalur Fakfak-Kokas Papua Barat pada Minggu, 15 juli 2007 .

Memang kondisi alam di Papua tergolong masih sulit diprediksi, cuaca dapat berubah sewaktu-waktu, ditambah kondisi infrastruktur yang masih sangat minim menambah parah kondisi di Papua. Masih banyak daerah pedalaman di Papua yang hanya bisa dijangkau melalui jalur udara, atau perjalanan melalui sungai yang makan waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Kondisi jalur darat juga banyak yang belum memadai kalau tidak bisa dikatakan rusak parah, terutama yang menghubungkan antara kota dengan daerah terpencil seperti Asmat.

Kita mengucapkan turut berdukacita dan simpati yang sedalam-dalamnya atas musibah ini, para dokter ini adalah sedikit dari dokter yang mau berkorban dengan bersedia bertugas di daerah terpencil seperti pedalaman Papua. Tentunya kejadian ini tidak menyurutkan langkah dokter-dokter yang lain untuk ditugaskan ke Papua oleh Pemerintah. Dan semoga pemerintah kembali memperhatikan nasib para dokter yang telah bersedia ditugaskan di daerah terpencil seperti pedalaman Papua dengan lebih memperhatikan kesehatan dan keselamatan para dokter ini di lapangan.

Reblog this post [with Zemanta]

One thought on “Tiga Dokter Ikut Tenggelam di Perairan Papua

  1. SOFTWARE TES toefl,gmat,IQ,250 EBOOK UAN 1986-2009,407 EBook Pelajaran Gratis Untuk SD/MI,SMP/MTs,SMA/MA,SMK
    33 EBOOK SNMPTN DAN STAN,142 EBOOK TIPS TRIK BERMANFAAT,33 EBOOK cpns dan bumn, INFO BEASISWA,
    INFO UNIVERSITAS NEGERI SELURUH INDONESIA,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to TOP